khaidar On Jumat, 09 Desember 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.2)  LATAR BELAKANG
Popkrin dan Stroll menguraikan lebih dahulu perbedaan – perbedaan antara etika metafisika lalu masuk logika sebagai bagian dari pada filsafat. Bila seorang memikirkan persoalan tingkah laku, maka ia akan masuk filsafat dalam bidang fisika, tetapi jika memperhatikan tentang cara berpikir itu sendiri maka yang dimasukinya adalah dunia filsafat dalam bidang logika.
Logika merupakan suatu percobaan pada pertanyaan – pertanyaan. Apakah yang dimaksud dengan pendapat yang benar?. Apakah metode yang digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Memperhatikan pendapat tersebut popkin dan stroll berkesimpulan bahwa logika merupakan salah satu cabang filsafat yang renting, semua atau cabang filsafat yang tak dapat lepas dari pada penggunaan pikiran atau cara berpikir : apakah pikiran itu benar atau keliruakan tergantung pada azaz – azaz logika.disitulah letak logis diperlukan sebagai dasar penggunaan pikiran.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.

1.2)  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah peran dan penggunaan bahasa dan logika dalam berpikir?
2.      Apa keterkaitan bahasan dan pikiran?
3.      Apa saja komponen komponen bahasa ?
4.      Apa kelemahan bahasa ?
5.      Bagaimanakah definisi logika dan manfaatnya ?
6.      Objek apa saja yang ada di dalam logika ?

1.3)  TUJUAN MASALAH
1.      mengetahui apa saja peran bahasa dan logika dalam berfikir serta bagaimana     penerapannya
2.      menjelaskan hubugan antara bahasa dan fikiran
3.      mengetahui struktur dan komponen bahasa
4.      mengidentifikasi kelemahan bahasa
5.      menjabarkan pengertian logika dan manfaatnya secara rinci
6.      memhami seluruh objek yang terdapat dalam logika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ) DEFINISI BAHASA
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.  Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.              Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.
2.2 )  ASPEK BAHASA                                                                                                       Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu  mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.                       Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya,itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (=yang diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain). Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.
2.3 )  FUNGSI BAHASA                                                                                                     dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.                                    Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).                                                                                                                                      Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).                                                                                             Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).                                                    Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. 
  Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.                           Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku,  merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.                       Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
a)      agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,
b)      keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf  permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang  sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).
  Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.                          Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.                                                                                                                                                     Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.                                                                                  Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
  Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.                                                                         Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
  Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
  Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.                          Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.                                                                                                                        Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
2.4 ) KETERKAITAN BAHASA DAN FIKIRAN

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ucapan.  Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ucapan merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa   bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu,  Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan  antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika  berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean,  hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, (1998:  9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.. (Neisser dalam Syah, 2004:22). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi perilaku mental manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi, kesengajaan, dan keyakinan.
Menurut Chaplin (Syah, 2004:22) ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil seseorang tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan kepadanya.                                                                                                                 Afektif adalah ranah psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan, psikomotor adalah ranah psikologi yang segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka (Syah, 2004: 52).
Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran, atau lebih disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran manusia. Dari banyak tokoh yang memaparkan hubungan antara bahasa dan pikiran, penulis melihat bahwa paparan Edward Sapir dan Benyamin Whorf yang banyak dikutip oleh berbagai peneliti dalam meneliti hubungan bahasa dan pikiran
. Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama. Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
1. Hipotesis pertama adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
2. Hipotesis kedua adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
Pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi dan beroperasinya aspek formal bahasa, misalnya gramar dan leksikon. Whorf mengatakan “grammatical and lexical resources of individual languages heavily constrain the conceptual representations available to their speakers”. Gramar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi konseptual yang ada dalam pengguna bahasa tersebut. Selain habituasi dan aspek formal bahasa, salah satu aspek yang dominan dalam konsep Whorf dan Sapir adalah masalah bahasa mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam berpikir, seperti apa yang dikatakan oleh Whorf berikut ini :
“Kita membelah alam dengan garis yang dibuat oleh bahasa native kita. Kategori dan tipe yang kita isolasi dari dunia fenomena tidak dapat kita temui karena
semua fenomena tersebut tertangkap oleh majah tiap observer. Secara kontras, dunia mempresentasikan sebuah kaleidoscopic flux yang penuh impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah sistem bahasa yang ada di pikiran kita. Kita membelah alam, mengorganisasikannya ke dalam konsep, memilah unsur-unsur yang penting.”                                                                        Bahasa bagi Whorf pemandu realitas sosial dan mengkondisikan pikiran individu tentang sebuah masalah dan proses sosial. Individu tidak hidup dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi sangat ditentukan oleh simbol-simbol bahasa tertentu yang menjadi medium komunikasi sosial. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk mewakili realitas yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh Whorf sebagai dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Singkat kata, dapat disimpulkan bahwa pandangan manusia tentag dunia dibentuk oleh bahasa sehingga karena bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun berbeda. Secara selektif individu menyaring sensorik yang masuk seperti yang diprogramkan oleh bahasa yang dipakainya. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda memiliki perbedaan sensorik pula (Rakhmat, 1999). Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :
1.      sistematis , yang berarti bahasa mempunyai pola atau sistem
2.      arbiter ( manasuka ) artinya , kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang di simbolkan nya
3.      ucapan / vokal. Bahasa berupa bunyi.
4.      Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol itu mengacu pada objeknya
5.      Bahasa , selain mengacu pada objek , juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya , bahasa dapat untuk menganalisis bahasa itu sendiri
6.      Manusiawi , yakni bahasa hanya di miliki oleh manusia
7.      Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa dalah menjadi lat komunikasi dan interaksi   
Fungsi fungsi bahasa di kelompokkan jadi ekspresif, konatif , dan representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara. Dalam fungsi konatifnya bahasa , terarah pada lawan bicara, dan dengan fungsi representasionalnya bahasa terarah pada objek lain di luar pembicara dan lawan bicara. Fungsi fungsi bhasa juga dibedakan jadi simbolik , emotif dan efektif.
2.5 ) STRUKTUR BAHASA DAN KOSAKATA                                                                        Saking pentingnya struktur atau tata bahasa bagi kegiatan ilmiah , suryasumantri mengajukan pertanyaan teoritis : bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan penalaran yang cermat tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat ? penguasaan tata bahasa secara pasif dan aktif memungkinkannya menyusun pernyataan pernyataan dengan baik dan juga menarik kesimpulan dengan betul. Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Lebih lanjut , charlton laird memberikan tata bahasa sebagai alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untukn mengungkapkan makna dan emosi dengan memakai aturan aturan tertentu                                                                          Selain struktur atau tata bahasa , yang penting pila di kuasai oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknannya. Sebab, yang disampaikan pembicaraatau penulis kepada lawan bicaranya atau pembacanya sejatinya ialah makna ( informasi , pengetahuan ). Dan makna ini di wadahio dalam kosakata. Yang dalam khazanah ilmiah di namakan dengan istilah atau terminologi. Tata bahasa, kosakata dan makna inilah yang kerap menimbulkan persoalan dalam kegiatan ilmiah lantaran kelemahan inheren bahasa. Maka , sekali lagi andaikata ilmiuwan ridak cukup menguasai tata bahasa , kosakata dan makna , persoalan persoalan dalam kegitan ilmiah akan semakin rumit.
2.6 ) KELEMAHAN BAHASA                                                                                           Sampai disini, kiranya sudah dapat di pahami bahwa bahasa sangat vital bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari hari. Pun bahasa memperjelas cara berfikir manusia, maka orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai xcara berfikir yang sistematis. Lebih jauh sesungguhnya bahasa menstrukturkan pengalaman manusia, dan begitu pula sebaliknya.                                                                                                                       Namun bahasa pun tak luput dari sejumlah kelemahan inheren yang bisa menghambat komunikasi.  Pertama, bahasa memiliki multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif ) yang dalam praktiknya sukar untuk di pisah pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnyaketika mengkomunikasikan pengetahuan informatifnya. Syahdan, pengetahuan yang di utarakan tak sepenuhnya kalis dari emosi dan afeksidan karenanya tak seutuhnya objektif ; konotasinya bersifat emosional.                                                                                                                Kedua, kata kata mengandung makna atau arti yang tidak seutuhnya jelas dan eksak. Misalnya, kata “cinta” di pakai dalam lingkup yang luas dalam berhubungan antara ibu dan anak , ayah dan anak, sumi dan istri, kakek dan nenek, sepasang kekasih. Banyaknya makna yang termuat dalam arti kata “cinta” menyulitkan kita untuk membuat bahasa yang tepat dan menyeluruh. Sebaliknya, beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna – bersifat majemuk atau plural , kerap kali memantik apa yang di istilahkan sebagai kekacauan semantik, yakni dua orang yang berkomunikasi menggunakan sebuah kata dengan makna makna yang berlainan, atau mereka menggunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah makna yang sama.       Ketiga, bahasa acap kali bersifat sirkular ( berputar putar ). Jujun mencontohkan kata “pengelolaan” yang di definisikan sebagai “kegiatan yang di lakukan dalam sebuah organisasi” , sedangkan organisai di definisikan sebagai “suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan”. Kelemahan kelemahan bahasa tersebut sebenernya telah menjadi kajian keilmuwan tersendiri dalam, misalnya, filsafat, analitik, linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik.                                                                         Jelaslah bagi kita bahwa bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk makhluk lainnya. Jelaslah pula bahwa, di satu sisi, bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah  mempunyai fungsi fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas aktivitas ilmiah . Di sisi lain , bahasa tidak lepas dari kelemahan kelemahan yang merintangi pencapain tujuan dari aktivitas aktivitas ilmiah. Kelemahan kelemahan bahasa ini barangkali akan di tutupi oleh kelebihan kelebihan  dari dua sarana berfikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statitiska .
2.7 ) DEFINISI LOGIKA                                                                                                        
    Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan karena itu , berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
1.      Aturan cara berpikir yang benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik , benar,logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu :
a.       Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari,mengusut, meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh – ruh yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Minsalnya menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala/ perspektif, berpikir terkotak-kotak,memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.
b.      Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.
c.       Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan
Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
d.      Buatlah distingsi (pembeda) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang sama , hal itu jelas berbeda .tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih menpunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu berbedaan.
e.       Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.
f.       Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi – asumsi. imflikasi-imflikasi,dan dan konsekkuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.
g.      Hindarilah kesalahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,serta sangguplah mengenali jenis, macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran(penalaran).
Menurut irving yang dimaksud dengan logika ialah suatu studi sistematis mengenai metode dan dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar dengan pendapat yang salah. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan nyata yang terjadi antara premis dan konklusi di dalam suatu argumentasi jalan dengan premis atau tercantum di dalam premis maka pendapat adalah benar.
Bila suatu premis dianggap benar, tidak meragukan dan bersifat demonstratif sebagai dasar konklusi yang benar, pendapat demikian disebut logika deduktif. Logika deduktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut popkrin dan stroll, logika deduktif adalah hubungan dengan usaha untuk menetapkan suatu pendapat yang tidak diragukan..misalnya: pada dasarnya semua manusia akan mati, maka kita sebagai manusiapun akan mati juga dan kebalikan dari deduktif adalah logika induktif. Logika induktif adalah suatu kesimpulan yang diambil dari hal-hal yang khusus dan diarahkan pada masalah yang umum, misalnya ; saya pasti akan mati sebab semua manusia harus mati.
Dalam hubungan itu popkrin dan stroll menjelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut.
1.      Semua orang amerika adalah manusia
2.       Semua manusia harus mati
3.      Metode yang digunakan pada contoh diatas disebut pendapat deduktif, mungkin ada yang meragukan kebenarannya itu ”semua manusia harus mati” maka untuk membenarkan kalimat “semua orang amerika harus mati, untuk menentukan kebenarannya harus menggunakan jalan lain yaitu .
A)  semua orang amerika yang lahir pada tahun 1830 telah mati
B)  Orang-orang amerika akan mati.
C)  Kebenaran kalimat (1) dan (2) merupakan suatu kemungkinan, bahwa kalimat tersebut benar atau salah, penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
D)  Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya penalaran induktif . penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan, minsalnya :
1. semua mahluk mempunyai mata ( premis 1 )
2. si fulan adalah seorang mahluk ( premis 2 )
3. jadi si fulan mempunyai mata ( premis 3 )
Kesimpulan yang diambil bahwa si fulan mempunyai mata adalah sah, sebab kesimpulan ditarik secara logis dari kedua premis yang mendukung, ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari 3 hal yaitu, kebenaran premis mayor, dan premis minor serta keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu unsur tersebut persyaratan tidak memenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah maka logika induktif tidak ada. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing dan binatang lainya. dari pernyataan –pernyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang sifatnya umum yaitu semua binatang mempunyai mata.
Menurut popklin dan stroll, memiliki suatu hal yang sangat rentang dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan. Bila kita berpaling dari didalam isi buku klauser dan kunez didalam bukunya philosofhy the study of alternative beliefs. maka dalam menjawab pertanyaan” what is logika? Sebagai berikut: logika adalah suatu study mengenai kebenaran atau kekeliruan suatu pendapat dalam hubungan kebenaran dan kekeliruan pendapat yang lain. Oleh karena itu penalaran adalah suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
2.8 ) MANFAAT LOGIKA
1.      Untuk memberikan pedoman cara berpikir yang benar atau tepat dan cara berpikir yang tidak tepat.
2.       Untuk dapat menganalisa pikiran kita, dapat membedakan dengan tepat antara bukti dan kesimpulan.
3.       Memiliki tujuan praktis yaitu membantu kita berpikir secara teratur mudah dan tanpa kesalahan.
4.      Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
5.       Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

Terima kasih atas kunjungan anda, semoga postingan saya bermanfaat. Tolong berikan pendapat anda tentang postingan saya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments